Kisah Ber Husnuzon Pada Allah Seorang Budak dan Al-Mansur Saifuddin Qalawun Bagian 1

Diposting oleh Unknown on Jumat, 01 Februari 2013








Pada Zaman kekhalifahan dahulu, hiduplah seorang budak yang meiliki keimanan yang luar biasa. Ia merupakan hidup dengan bekerja dengan giat. Ia memiliki niat untuk membebaskan diri dari tuannya. maka ia bekerja dengan lebih giat, bila biasanya budak-budak yang lain bekerja selama 12 jam sehari maka ia bekerja lebih lama lagi, mungkin sampai 14 jam.



Setiap hari ia bekerja dengan giat tanpa lelah untuk mengumpulkan uang untuk kebebasan dirinya darinya darituanya.Sehingga dengan giatnya bekerja dia dapat mengumpulkan uang yang banyak. Namun, pada suatu hari tuannya mendapatkan rezeki yang besar dan banyak, sehingga sebagai rasa syukur tuannya ini membebaskan budaknya ini dan ada tambahan yang sekian dinar untuk budak ini menjalani kehidupan selanjutnya.



Dimulailah babak baru hidup budak tersebut dalam menjalani kehidupan barunya sebagai seorang yang merdeka. Ia bekerja tetap dengan rajinnya sehingga ia memiliki seorang Istri yang shalih. dan ia berkata " Aku tak tau, apakah ini rahmat atau musibah, aku hanyalah behusnozon pada Allah atas segalanya. Maka Allah SWT memberikannya sorang putra. Pada usia putranya 2 tahun istri yang dikasihinya meninggal dunia dengan meninggalkan seorang putra yang masih kecil. Ia hanya mengatakan " Aku tak tau, apakah ini musibah atau berkah, aku hanyalah berprasangka baik pada Allah'.



Dirawatlah putranya itu denbgan penuh kasih sayang, didiknya putranya dengan berbagai ilmu keislaman, didiknya putranya berenang, berkuda dan menggunakan pedang dan semangat syahid. sampai putranya dewasa, Pada suatu hari ia berkata pada putranya ingin memiliki seekor kuda perang yang gagah dan kuat. Maka ia bersama putranya menumpulkan uang untuk membeli seekor kuda yang didiinginkan tersebut. dengan bersusah pada ia akhirnya dapat mengumpulkan uang untuk membeli kuda tersebut, sehingga para tetangganya bertanya pada orangtua dan putranya tersebut, dan ia menjawab," Aku tak tau, apakah ini musibah atau berkah, aku hanyalah berprasangka baik pada Allah". dan kuda tersebut merupakan kuda liar yang ditangkap dan dirawat oleh tuan penjual.




Maka dirawatlah kuda tersebut dengan sebaik-bainya sehingga membuat kuda tersebut sehat dan kuat. Mereka sisihkan sekitar 70% dari penghasilannya untuk merawat kuda tersebut, dan sisanya untuk makan mereka. sehingga para tetangganya berkata." aneh kalian ini, hidup kalian sudah susah, cari duinya pun sudah dengan susah payah, malah kalian merawat kuda dengan sedemikian baiknya, dan Mantan Budak dan anaknya ini menjawab " Aku tak tau, apakah ini musibah atau berkah, aku hanyalah berprasangka baik pada Allah".



Pada suatu malam, kuda yang mereka rawat dengan penuh kasih sayang tersebut melarikan diri, sehingga para tetangga berkata pada mereka sambil menyindir. Aduh kasian banget, sudah dirawat dengan baik-baik dan penuh perhatian, malah kudanya nya kabur meninggalkan rumah, dan jawaban jawaban mantan budak dan anaknya tersebut'" Aku tak tau, apakah ini musibah atau berkah, aku hanyalah berprasangka baik pada Allah". Maka ia tetap memulai paginya denga bekerja seperti biasa. tana ada rasa beban atas kaburnya kuda mereka.



Maka pada suatu malam ramailah kandang dimana biasa mereka menyimpan kuda mereka dengan suara kuda-kuda. tak disangka kuda yang selama ini mereka sangka telah kabur kembali lagi dengan membawa teman-temannya dari padang rumput. sehingga penuhlah sesaklah kandangnya dengan banyak kuda yang datang. namun begitu Ia dan anaknya tetap merawat kuda-kuda tersebut dengan baik dan penuh sayang. sehingga para tetangga tetap nyinyir dengan berkata udah miskin, harus memelihara begitu banyak kuda, kasihan benar diri kalian. dan Mantan budak beserta putranya menjawab seperti biasa'" Aku tak tau, apakah ini musibah atau berkah, aku hanyalah berprasangka baik pada Allah".



Hari demi hari mereka tetap memlihara kuda-kuda tersebut dengan penuh kasih sayang, pada pagi hari yangn cerah, Anak mantan budak tersebut mencoba untuk menjinakkan kuda-kuda mereka hingga jatuhlah ia dari kuda yang hendak dicoba untuk dijinakkan tersebut. Kakinya patah, sehingga harus dirawat dan di perban. Para tetangga datang menengok. Mereka menatap anak itu dengan pandangan iba. “Kami turut prihatin,” kata mereka. “Ternyata kuda itu tidak membawa berkah. Mereka datang membawa musibah. Alangkah lebih beruntung yang tak memiliki kuda, namun anaknya sehat sentosa!. Dan bapak serta anaknya serempak menjawab '" Aku tak tau, apakah ini musibah atau berkah, aku hanyalah berprasangka baik pada Allah".
 Berlanjut pada Halam Berikutnya, silakhan klik Kisah Ber Husnuzon Pada Allah Seorang Budak dan  Al-Mansur Saifuddin Qalawun Bagian 2
Kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel Kisah Ber Husnuzon Pada Allah Seorang Budak dan Al-Mansur Saifuddin Qalawun Bagian 1 ini pada akun jejaring sosial anda, dengan URL : http://shareonlinebisnis.blogspot.com/2013/02/husnuzon-pada-Allah-seorang-budak.html

Bookmark and Share

0 komentar... Baca dulu, baru komentar

Posting Komentar