Kisah Ber Husnuzon Pada Allah Seorang Budak dan Al-Mansur Saifuddin Qalawun Bagian 2

Diposting oleh Unknown on Jumat, 01 Februari 2013


Keesokan harinya, datanglah hulubalang raja ke kampung mereka. Dia mengumumkan pengerahan pasukan untuk menghadapi tentara musuh yang telah menyerang perbatasan. Semua yang sehat jasmani dan rohani wajib bergabung untuk mempertahankan negeri. Sayang, perang ini sulit dikatakan sebagai jihad di jalan Allah karena musuh yang hendak dihadapi adalah sesama muslim. Mereka hanya berbeda kesultanan.

Petugas datang mendata, dan alhasil si anak budak merdeka itu tidak diizinkan untuk berperang karena sakit dan tidak memenuhi syarat.

Dan hari itu, lagi-lagi para tetangga yang ditinggalkan putera-puteranya, mendatangi rumah si pemilik kuda. “Ah, nasib!” kata mereka. “Kami kehilangan anak-anak lelaki kami tumpuan harapan keluarga. Kami lepas mereka tanpa tahu apakah mereka akan kembali atau tidak. Sementara puteramu tetap bisa di rumah karena kakinya patah. Kalian beruntung! Allah menyayangi kalian!.

Tuan rumah pun bersedih melihat mendung dimuka wajah tetangganya. Kali ini anak dan bapaknya itu tersenyum kembali. Tapi ucapannya tetap sama “Kami tak tahu, ini rahmat ata musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.”

Sebulan kemudian, kota itu dipenuhi ratapan para ibu danisak tangis para istri. Sementara para lelaki hanya termangu dan tergugu. Kabarnya telah jelas, semua pemuda yang diberangkatkan perang tewas dimedan tempur. Tapi agaknya para warga telah belajar  banyak dari ayah beranak pemilik kuda itu. Seluruh penduduk kota ini mengumumkan kalimat indah itu. “kami tidak tahu ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.”

Singka cerita, tak berapa lama kemudian panggilan jihad sebenarnya bergema. Pasukan mongol dipimpin Hulagu Khan menyerbu wilayah islam dan membumi hanguskannya hingga rata dengan tanah. Orang-orang tak berprikemanusiaan itu mengalir bagai air bah meluluhlantakkan peradaban. Ayah dan anak itu pun menyongsong janjinya. Mereka bergegas menyambut panggilan dengan kalimat agungnya, “Kami tak tahu apakah ini rahmat ataukah musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah!”



 

Dan luar biasa, mereka memang menemui syahid. Namun Allah berikan nikmat kepada mereka untuk mereka nikamati. Sang anak tertangkap pasukan mongol dan dijual sebagai budak. Dan akhirnya Ia dibeli oleh Al-Kamil, seorang sultan Ayyubiyah di Kairo.

Ketika pemerintahan Mamluk menggantikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir, karirnya menanjak cepat dari komandan kecil menjadi panglima pasukan, lalu Amir wilayahnya. Terakhir, setelah wafatnya Az-Zahir Rukhnuddin Baibars, dia diangkat menjadi sultan, namanya Al-Manshur Saifuddin Qalawun.

Demikianlah sekelumit cerita tentang berprasangka baik pada Allah, semoga dengan cerita ini semakin membuat kita dekat pada Allah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Allah Ta'ala berfirman,

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
"Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadits di atas, husnudzan kepada Allah memiliki hubungan kuat dengan amal shalih. Karena sesudahnya disebutkan anjuran untuk berdzikir dan mendekatkan diri dengan amal ketaatan kepada-Nya 'Azza wa Jalla. Maka siapa yang berprasangka baik kepada Allah pasti ia terdorong untuk berbuat baik.

Al-Hasan al-Bashri berkata,

المؤمن أحسنَ الظنّ بربّه فأحسن العملَ ، وإنّ الفاجر أساءَ الظنّ بربّه فأساءَ العمل


"Sesungguhnya seorang mukmin selalu berhusnudzan kepada Tuhannya lalu ia memperbagus amalnya. Dan sesungguhnya seorang pendosa berpesangka buruk kepada Tuhannya sehingga ia berbuat yang buruk." (Diriwayatkan Imam Ahmad dalam al-Zuhd, hal. 402)

 
Kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel Kisah Ber Husnuzon Pada Allah Seorang Budak dan Al-Mansur Saifuddin Qalawun Bagian 2 ini pada akun jejaring sosial anda, dengan URL : http://shareonlinebisnis.blogspot.com/2013/02/kisah-ber-husnuzon-pada-allah-seorang.html

Bookmark and Share

0 komentar... Baca dulu, baru komentar

Posting Komentar